Minggu, 29 November 2015

I Was Afraid (Chapter 1)

KPOP FANFICTION
Title              : I Was Afraid
Author         : Seulbeen (@salmafkhrns a.k.a Salma Fannisha)
Genre           : Romance (School-life)
PG               : 13+
Pairing          : BIG BANGs Choi Seung Hyun (T.O.P) & 2NE1s Sandara Park

            Tepuk tangan menggema di seluruh aula. Aku menatapnya yang tersenyum lebar setelah bangkit dari membungkukkan badan. Oh, jika kau melihatnya, maka dia seperti memancarkan semua cahaya yang ada di ruangan ini. Dia begitu bersinar, dia begitu menyilaukan. Mustahil rasanya untuk tidak jatuh hati padanya.
            Namaku Sandara Park. Dan aku jatuh cinta pada seorang namja dengan suara paling merdu sedunia, Choi Seung Hyun.
            “Dara-a, disini kau rupanya. Aku mencarimu daritadi!” sebuah suara mengejutkanku dari belakang. Rupanya itu Bom, sahabatku. Titik-titik keringat menghiasi keningnya. Sepertinya dia benar-benar berusaha keras mencariku.
            “Ada apa sih? Kan aku sudah bilang aku mau menonton penampilan Seung Hyun sunbae disini.”
            “Ya! Mana kutahu kau benar-benar akan menontonnya. Ini kan acara khusus kelas 3! Kau ini kan masih kelas 2.” Ujar Bom.
            Aku tertawa, “Kau seperti tidak kenal aku saja. Jangan panggil aku Dara jika masalah sepele seperti ini tak bisa kuatasi. Nah, kau sendiri kenapa bisa masuk?”
            “Seungri oppa membantuku.”
            Oh ya, aku lupa. Bom ini kan yeojachingu nya Seungri sunbae yang sama-sama jago menyanyi. Tapi dia tidak pernah tampil karena tidak minat. Ia lebih berminat ke hal-hal yang berbau olahraga seperti baseball misalnya. Dalam hati aku iri pada Bom. Dia sudah memiliki seorang namjachingu dan mereka saling mencintai. Sedangkan aku masih berdiam diri dan tidak bisa menahan atau menghentikan perasaanku untuk seorang Choi Seung Hyun tanpa pernah berani mendekatinya.
***
            Hari ini, Bom mengajakku ke department store sepulang sekolah. Ia akan membeli baju untuk menghadiri pesta ulang tahun adik kelas kami, Minzy, yang rencananya akan digelar lusa dan mengundang semua angkatan. No wonder. Dia adalah anak bungsu seorang CEO perusahaan properti. Jadi pasti orangtuanya sudah menyediakan budget untuk merayakan ulang tahun mewah dan meriah setiap tahun.
            “Kau yakin tidak ikut membeli baju?” tanya Bom untuk kedua kalinya saat kami tiba di sebuah toko langganan Bom.
            Aku menggeleng, “Aku akan membeli bersama eomma besok. Biar dia yang pilihkan.”
            Bom menggeleng-gelengkan kepala, “Sampai kapan sih kau akan terus memilih baju berdasarkan penilaian ibumu? Menurutmu sudah berapa umurmu sekarang? Kau bukan anak usia SD lagi, Dara. Pergi dan cari baju yang kau suka!”
            Aku menggeleng lebih kuat, “Aku tidak pandai memilih baju.”
            “Sudah sana! Nanti aku akan membantu.” Bom mendorong tubuhku dengan agak keras. Oke, aku menyerah. Dalam hati aku sebetulnya juga membenarkan semua kata-kata Bom tadi. Mungkin ini waktunya aku menjadi lebih percaya diri.
            Saat tengah memilih-milih dress, Bom tiba-tiba muncul dari samping dan membuatku sedikit terkejut.
            “Aku barusan bertanya pada Seungri oppa, katanya Seung Hyun sunbae akan hadir di pesta Minzy.” Ujar Bom.
            “Masak sih? Setahuku dia tidak suka menghadiri pesta semacam itu.”
            “Kali ini dia disewa untuk bernyanyi. Jadi kau harus tampil supercantik. Bagaimana? Sudah menemukan dress impianmu?”
            Aku menggigit bibir bawahku dan mengangkat dua buah dress. Modelnya sama. Berbahan katun dan pas di lututku. Ada sedikit kerutan di bagian perut dan berkerah ‘V’. Aku suka karena sangat simple tapi tetap girly. Tapi aku bingung memilih antara warna peach dan aqua.
            “Hmmm..” Bom mulai menyentuh kedua dress itu lalu beralih memperhatikan warna kulitku. “Kau akan tampak cantik dengan yang ini.” katanya sambil memegang dress di tangan kananku yang berwarna peach.
            Aku pun membeli dress itu. Saat keluar dari toko, ada perasaan bahagia yang hinggap di hatiku. Rasanya senang bisa membeli sesuatu yang kupilih sendiri. Eomma selama ini memang sudah berkali-kali menyarankan aku untuk mengenali fashion style ku sendiri. Tapi aku terlalu keras kepala untuk menurut.
            “Bommie, menurutmu apakah dress yang kupilih tadi bagus?” tanyaku saat kami duduk di dalam kafe setelah memesan es serut.
            Bom tampak ragu lalu tersenyum kikuk, “Jujur saja, Dara. Daripada dress itu masih banyak yang lebih bagus untukmu. Tapi kurasa dress yang kau pilih itu menunjukkan siapa dirimu.”
            Intinya, dress yang kupilih jelek. Aku panik tanpa bisa kukontrol. Apakah dengan begitu aku jadi kelihatan tidak cantik? Aduh, bagaimana ini.. aku sudah mulai berencana akan memberanikan diri mendekati Seung Hyun sunbae besok lusa. Kalau aku tidak tampil prima, bisa-bisa dia lari.
            “Tenang saja, Dara. Kau itu cantik memakai apapun. Percaya dirilah!”
            Aku hanya mampu tersenyum tipis. Jantungku tiba-tiba berdebar. Hanya membayangkan menyapa Seung Hyun sunbae saja rasanya sudah grogi setengah mati. Terus bagaimana aku bisa menggapainya?
***
            Akhirnya D-day pun tiba. Saat ini sudah pukul 20.00, pesta sudah berlangsung selama setengah jam dan menuju inti acara yaitu sesi tiup lilin dan pemotongan kue. Namun, sedari tadi aku tidak melihat sosok Seung Hyun sunbae. Apakah dia tidak jadi datang? Lalu bagaimana nasib misiku untuk mendekatinya malam ini?
            “Ya, ada apa dengan wajahmu?” tanya Bom yang ada di sampingku.
            “Nan gwenchana,” jawabku seriang mungkin.
            “Baik-baik saja darimananya? Oooh, aku tahu. Apa kau mencemaskan Seung Hyun sunbae? Mungkin dia sedang ada di belakang untuk bersiap-siap.” Ujar Bom seperti bisa menebak pikiranku.
            Oh, tiba-tiba aku punya ide. Tanganku meremas sebuah kotak di dalam tas selempangku yang berukuran agak besar dari tas selempang umumnya. Aku pun pamit untuk pergi ke toilet. Tapi sebenarnya aku mencari keberadaan Seung Hyun sunbae. Aku mengelilingi taman dan bolak-balik ke depan WC pria sampai dua kali. Omong-omong, rumah Minzy ternyata betul-betul luas.
            Tentang kotak dalam tas tanganku, ini adalah kado yang ingin aku berikan kepada Seung Hyun sunbae. Isinya adalah sebuah earphone. Seminggu terakhir, ia tidak mengalungkan earphone di lehernya. Mungkin saja benda itu rusak dan cowok pujaanku itu malas pergi ke toko.
            “Uh, dimana sih dia? Saat aku punya keberanian, dia malah tidak ada. Kalau begini caranya, kadar keberanianku akan segera lenyap.” Dumelku dalam hati. Kotak kado sudah ada dalam genggamanku. Tiba-tiba saja ponselku bergetar. Ada satu pesan masuk,
            Dari : Bommie
            Ke kamar mandi saja lama sekali. Cepat kembali! Aku sendirian, nih.
            “Duh, aku lupa kalau meninggalkan Bom.” Ujarku bermonolog ria, bersiap mengetik balasan untuk SMS Bom. Dan tiba-tiba saja ..
            “Hei, kau yang disana!” sebuah suara yeoja berteriak di belakangku. Tidak ada siapa-siapa di taman ini kecuali aku. Aku pun langsung menoleh ke belakang dan langsung terkejut. Dia adalah.. Chaerin Lee!! Sunbae ku juga. Tapi dia lebih nyaman dipanggil CL. Dan asal kau tahu saja, dia sepupu Seung Hyun sunbae!
            “Bukankah kau anak kelas 2?” tanyanya, berjalan mendekatiku yang sudah panik.
            “Apa yang kau lakukan disini? Menunggu namjachingu?” tanyanya lagi, saat sudah benar-benar berada tepat di depanku.
            Jujur saja, dia adalah orang yang lumayan bersahabat dan menyenangkan dalam beberapa hal. Tapi seriang apapun nada suaranya, timing nya benar-benar tidak pas.
            “Aku tidak punya pacar..” jawabku setelah sekian detik.
            “Ohh-“ dia jelas ingin melanjutkan ‘investigasi’nya, tapi naas, tatapannya tertuju pada kotak kado di tanganku.
            “Apa itu?”
            “Kotak.”
            “Ya, aku tahu. Tapi disini tertulis—“
            Oh Tuhan, bunuh saja aku sekarang. Aku tak kuat menanggung rasa malu ini.
            “Untuk Choi Seung Hyun sunbaenim?”         
            CL menatapku sangsi. Sementara wajahku sudah memerah dan perutku mulai mual karena gugup. Detik kemudian, wajah CL berubah menjadi antagonis. Ya, ya, aku tahu.. dia sangat protektif terhadap Seung Hyun sunbae karena dia adalah anak tunggal. Jadi dia menganggap sepupunya adalah adik kandungnya sendiri, meski mereka terpisah hanya beberapa bulan. Bukan cerita baru jika para fans Seung Hyun sunbae ada yang lari karenanya. CL boleh jadi gadis bersahabat, tapi sisi garangnya juga patut diperhatikan.
            Aku tahu betul itu. Itu salah satu dari sekian banyak alasan kenapa aku selalu ragu untuk mendekati Seung Hyun sunbae.
            “Kau itu benar-benar—“
            “Jeongmal cheosonghamnida sunbaenim!” teriakku sambil menunduk. Aku pasti sudah benar-benar gila. Aku justru menyerahkan kotak kado itu padanya dan lari tunggang langgang dengan kombinasi rasa malu dan gugup. Tapi ternyata malam ini adalah malam yang benar-benar gila,
            BRUK!
            Oh Tuhan, wangi parfum ini..
            “Apa yang kau lakukan?” sepasang lengan mendorong pundakku agar tubuhku tidak menempel lagi padanya.
            Saat itu, aku bahkan tidak bisa lagi merasakan jantungku berdetak. Rasanya mati rasa karena kelewat semangat memompa darah. Pundakku terasa seperti disengat listrik. Dan lidahku kelu.
            Meski aku sudah tahu, aku tetap mendongak dan mendapati sepasang mata indah Choi Seung Hyun menatapku.
***
            “Dan setelah akal sehatku kembali, aku segera berlari dan keluar lewat pintu samping. Baru setelah aku dapat taksi, aku meng-SMS mu kalau aku pulang duluan.”
            Bom menggeleng-gelengkan kepala, “Kau itu benar-benar aneh, Dara.”
            “Aku juga tahu kalau aku aneh!” balasku ketus. Bom justru tertawa dan menggigit rotinya lagi. Setelah tertelan ia berkata, “Tapi untuk pertama kalinya kau bisa bersentuhan dengannya, kan? Bukankah itu hebat?”
            “Hebat apanya? Apa kau kini tengah berpikiran yadong?”
            “Enak saja!”
            Kami saling terdiam untuk beberapa saat. Di menit kelima, Bom sudah menghabiskan rotinya dan melirik ke arahku. Ia berdehem agak keras dan membuatku yang tengah memainkan COC (:V :V :V) mendongak.
            “Tapi, Dara..” dengan ragu dia berkata.
            “Apa? Katakan saja.”
            “Mmm.. aku tidak yakin harus mengatakan ini.. tapi, berapa usiamu sekarang?”
            “Dua bulan lagi aku 17.”
            “Wah, gawat!”
            Ekspresi ngeri di wajah Bom membuatku kaget, “Ada apa dengan usia 17?”
            “Di usia segitu kau bahkan belum pernah berpacaran. Aku takut kau akan mulai terobsesi padaku.”
            “YA!!!!
***
            Bel istirahat berdering. Bom melambaikan tangannya padaku dan berlari keluar kelas. Biasa, dia mau berduaan dengan Seungri sunbae.
            “Kau tidak pergi ke kafetaria?” tanya Minzy yang duduk di depanku.
            “Aniyo, aku bawa bekal sendiri.” Aku menunjukkan kimbap segitiga dari dalam laci.
            “Apa kau sedang melakukan diet?” tanyanya curiga.
            Aku segera menggeleng. Meski raut bingung masih terpampang jelas di wajahnya, akhirnya dia bersama teman yang lain pergi meninggalkanku seorang. Aku pun bisa menikmati makan siangku dengan tenang.
            Sebenarnya ya, memang benar aku melakukan diet. Memang bukan diet ketat sih. Aku pernah dengar, Seung Hyun sunbae benci gadis dengan lipatan lemak di perut. Jadi sebut saja ini pengorbanan kecilku. Meski mustahil rasanya dia akan melihat ke arahku. Tapi apa salahnya mencoba?
            Di gigitan ketiga, pintu kelasku diketuk. Aku tak mau menanggapi. Mungkin hanya anak cowok yang iseng. Tapi, ketukan itu jadi semakin keras. Merasa terusik, aku segera menoleh, bersiap protes, tapi langsung luntur niatku begitu tahu siapa yang mengetuk.
            “CL sunbae..”
            “Apa yang kau lakukan sendirian disini?” tanyanya, mengacuhkan ekspresi kagetku dan dengan santainya melangkah masuk.
            “Ak-aku sedang makan siang..”
            “Dengan itu?” pandangannya tertuju pada kimbap segitiga yang baru berkurang tiga gigitan, yang tergeletak di atas meja.
            “Ini.” Dia mengeluarkan tangan kanannya yang tadi tersembunyi di belakang punggungnya. Kotak kadoku ada di genggamannya. Masih bagus seperti saat terakhir aku melihatnya.
            “Kau tidak membuangnya?” tanyaku reflek. Selama ini kado-kado dari fans Seung Hyun sunbae kalau tidak dia buang ya dia berikan kepada teman-teman sekelasnya.
            CL sunbae tersenyum, “Kemarin aku mau memberikannya di rumah tapi Seung Hyun malah menginap seminggu di rumah Ji Young. Itu lho yang nama lainnya GD. Kalau adikku kan T.O.P”
            “Eh?” Kenapa dia mendadak jadi super ramah padaku? Apa dia menginginkan sesuatu dariku?
            Alih-alih senang, aku justru takut jika CL sunbae bersikap begini. Jangan-jangan dia ingin menyiksaku lebih dari fans yang lain karena aku juga menabrak adik kesayangannya itu. Tapi tiba-tiba dia mendekatkan mulutnya ke telingaku,
            “Kau tahu, Dara? Selama ini aku memperhatikan gerak-gerikmu. Menurutku, dari sekian gadis senewen yang berkeliaran di sekitar Seung Hyun, hanya kau yang waras dan terlihat tulus mencintainya. Jadi, aku memutuskan untuk membantumu. Nah, kau simpan dulu kado ini. Aku akan membantumu memberikannya secara langsung saat waktunya tiba.”
            Apa ini berarti jalanku untuk menggapaimu setidaknya walau hanya beberapa detik sudah terbuka lebar, Seung Hyun sunbae?
***
            Aku memikirkannya lagi. Perkataan CL sunbae tadi siang. Aku memikirkannya saat makan, mandi, belajar, dan kini saat aku sudah terbaring di tempat tidur. Entah kenapa tiap memikirkannya jantungku jadi berdegup kencang. Jujur saja, ini menyenangkan. Aku selalu suka saat jantungku berdegup kencang. Itu menandakan aku dianugerahi perasaan yang begitu indah.
            “Dara, apa kau sudah tidur?” tanya eomma tiba-tiba dari balik pintu.
            Aku buru-buru bangun dan membuka pintu, “Ada apa?”
            Eomma tampak khawatir, “Bom datang.”
            Melihat raut wajah eomma aku bisa memprediksi apa yang terjadi. Aku buru-buru menuju ke ruang tamu. Dan.. benar saja, Bom sudah duduk di sofa dengan mata sembab. Dengan karakternya yang selalu riang, melihatnya dalam keadaan seperti ini tentu saja membuatku panik.
            “Bommie, wae geurae?” tanyaku, memegang pundaknya. Dia hanya terdiam dan mengusap air mata di pelupuk matanya. Aku pun langsung menarik tangannya dan menuntunnya menuju kamarku.
            “Dara..” panggilnya parau saat kami berdua sudah duduk dengan nyaman di atas kasurku.
            “Kurasa aku akan segera putus dengan Seungri oppa.”
            Aku terbelalak kaget. Hubungan mereka sudah berlangsung kira-kira setahunan. Itu bukan hal yang mudah, tentu saja. Dan Bom merupakan orang yang penuh komitmen. Jadi dia tidak mungkin berhubungan untuk bersenang-senang saja. Dan, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, mereka adalah pasangan sweet yang saling menyayangi dan menjaga satu sama lain.
            “Apa Seungri sunbae menyakitimu?” tanyaku hati-hati.
            Bom menarik selembar tisu sebelum menjawab, “Ya. Akhir-akhir ini dia sering mengecewakanku.”
            Sebelum aku sempat membalas perkataannya, Bom menarik satu lagi tisu dan mendesah pelan, “Bagaimana aku haru smengatakannya, ya? Ah, pokoknya dia berubah. Itu membuatku kecewa.”
            Aku menghela nafas panjang lalu menghapus jarak di antara kami berdua dan memeluknya. “Bommie, setiap orang tidak mungkin selamanya sama ‘kan? Perubahan itu perlu. Kau tak bisa menghindarinya.”
            “Ya tapi kan.. perubahan itu pelan-pelan. Nah Seungri oppa itu entah ada angin apa jadi cuek dan mudah marah. Sebenarnya sih aku masih bisa tahan. Tapi barusan aku melihatnya jalan-jalan di foodcourt dengan gadis.”
            “Kalau begitu besok kau bisa tanyakan baik-baik.”
            Bom cemberut, “Aku tidak mau berbicara padanya lagi! Hatiku sudah terlukai. Sudah ah, aku mau tidur.”
            Nah, beginilah Bom versi sedang ngambek dan sifat kekanakkannya keluar. Padahal biasanya dia yang selalu membantu menyelesaikan masalahku. Aku lantas beranjak untuk mematikan lampu saat Bom berkata dengan nada setengah teriak, “Dara, kau kemanakan gantungan ponselmu?!”
            Aku buru-buru kembali dan saat itu aku sadar. Gantungan ponselku  berbentuk panda yang kembar dengan Bom hilang. Gantungan itu dibeli Bom di Beijing khusus untuk kami berdua. Dia berkali-kali mengingatkanku yang ceroboh ini untuk menjaganya saat pertama kali memberikannya padaku. Dan sekarang, yang sadar bahwa gantungan itu tak ada justru Bom sendiri yang sedang ngambek berat pada pacarnya.
            Dan akulah korbannya.
            “Dara, kurasa aku juga tidak ingin bicara denganmu. Tapi malam ini aku tetap ingin tidur disini.”
***
            Paginya, dalam perjalanan berangkat sekolah di dalam bus, Bom masih melancarkan aksi ‘mogok bicara’ padaku. Aku sudah minta maaf, tapi dia tetap bergeming. Ya sudah. Mungkin kali ini dia benar-benar disakiti oleh Seungri sunbae. Tapi sejujurnya aku berharap gadis yang dilihat Bom di foodcourt itu hanya saudaranya. Meski tidak pernah ditunjukkan secara terang-terangan, tapi aku tahu Bom sedikit bergantung pada Seungri sunbae.
            Bus pun berhenti di halte yang agak jauh dari sekolah kami, seperti biasa. Aku turun lebih dulu dari Bom. Karena Bom masih ngambek, jadi aku memutuskan untuk berjalan masuk tanpa menunggunya. Di parkiran, sebuah mobil M3 merah menyala tampak mencolok di parkiran. Itulah mobil Seungri sunbae. Tanpa kusangka-sangka, saat aku sedang memperhatikan mobil itu, pintu mobilnya terbuka.
            “Dara, jamkkaman!” teriak Seungri sunbae, berlari menuju ke arahku yang berdiri terpaku.
            “Apa kau berangkat dengan Bom?” tanyanya dengan nafas terengah.
            “Ya. Tapi aku jalan duluan jadi mungkin dia masih di depan gerbang.”
            “Apa dia baik-baik saja?”
            “Eo. Dia menginap di rumahku tadi malam. Dia datang dengan mata sembab.” Aku mencoba masuk ke inti permasalahan.
            “Hah? Benarkah? Memangnya ada apa? Tapi benar kan dia tidak lecet atau apa?”
            Lho, kok malah aku yang diinterogasi?
            “Asal kau tahu saja, Dara. Tadi malam aku frustasi sekali. Ponselnya tidak aktif. Aku panik sekali karena aku baru saja mengerjainya. Kau tahu kan seminggu lagi dia ulang tahun?”
            “Apa kau mencoba mengerjainya dengan bersikap cuek?”
            “Ya. Tapi sumpah aku tidak berniat membuatnya sedih. Aku ingin minta maaf padanya. Mungkin aku mengerjainya terlalu awal.”
            Saat hendak membalas perkataannya, Bom tiba-tiba lewat begitu saja di depan kami. Tapi sepertinya dia tidak mendengar. Mungkin saat ini dia justru semakin marah melihat aku mengobrol dengan Seungri sunbae.
            “Bom.. Bom.. tunggu!” teriak Seungri sunbae.
           Aku memperhatikan mereka dari jauh dan tersenyum. Dasar Bom, bikin panik saja. Kupikir masalahnya serius. Ternyata hanya sesepele ini. Aku menatap mobil Seungri sunbae, dan tanpa kusangka-sangka, aku melihat Seung Hyun sunbae disana.
            Oh God, am I hallucinating?
            Aku mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali, tapi yang kulihat tetap sama : Choi Seung Hyun tengah menatap lurus ke arahku dengan tangan kanan di dahi dan menggenggam gantungan berbentuk boneka panda.
            Seolah tak cukup sampai disitu, dia turun dari mobil dan melangkah ke arahku. Tiba-tiba aku bisa merasakan lututku lemas saat bau parfumnya semakin menguar dan menguasai indra penciumanku.
            “Apa kau orangnya?” tanyanya.
            “Sandara Park, itu kau ternyata..” lanjutnya. Oh, apa ini? Dia baru saja menyebut nama lengkapku! Dia baru saja menyebut S. A . N. D. A. R. A.  P. A. R. K. ! Daebakk. Aku senang sekali, sungguh.
            Tapi, sebesar apapun perasaan senangku saat ini, perasaan takutku mengalahkannya. Oh, apakah penampilanku terlihat baik? Dia kini jelas-jelas sedang memulai sebuah obrolan denganku. Ini seperti mimpi.. tapi bagaimana kalau aku justru mengacaukan pembicaraan? Saat ini saja otakku tidak bisa bekerja dengan baik karena tatapannya yang intens itu.
            “Ap-apakah kau mencariku?” tanyaku tergagap dengan seluruh keberanian dalam diriku.
            “Ya. Aku ingin memastikan sesuatu.”
            Dia menarik tangan kanannya dari saku celana. Sebuah gantungan ponsel panda yang tadi kulihat terayun begitu saja di depanku. Kupikir aku tadi salah lihat atau bagaimana, tapi ternyata gantungan itu benar punyaku. Ada inisial ‘D’ yang merujuk ke Dara di bahu kanan si panda.
            “Apakah ini punyamu?” tanyanya.
            “Ne..”
            “Ckck, tak kusangka kau bisa menjawab ‘ne’ dengan ekspresi tak berdosa seperti itu.” katanya dengan nada tersinggung sambil memasukkan gantungan itu ke saku lagi. Tingkahnya itu jelas membuatku kaget.
            “Apa kau tidak ingat?” tanyanya, lagi.
            “Ingat apa?”
            “Wah jinjja.. sudah kuduga.. kau benar-benar gadis babo dan ceroboh.” Lagi, dia merogoh saku pakaiannya, kali ini kemeja. Dia mengeluarkan sebuah jam tangan safir yang retak kacanya.
            “Ige mwomnikka?” tanyaku hati-hati. Sekarang aku merasa semakin kikuk karena dia mengataiku seperti itu barusan.
            “Ini? Ini adalah benda berhargaku yang telah kau hancurkan!” Tatapannya jadi semakin tajam. Getaran di lututku jadi semakin terasa.
            “Tapi aku tidak pernah merusak barang siapapun..” elakku.
            “Heh, dengar ya, di hari ultah si Min Min siapa itu.. kau menabrakku yang sedang mengeluarkan jam ini. Jamnya jatuh dan kau menginjaknya! Kau sendiri menjatuhkan gantungan panda bodoh-sialan ini! Bagaimana? Sudah ingat?”
            Eottokhae? Aku benar-benar tidak mengingat apapun, gumamku. Sebenarnya, aku memang merasa menginjak sesuatu. Tapi siapa sih yang peduli jika kau bertabrakan untuk pertama kalinya dengan pujaan hatimu walau yang kau injak kotoran babi sekalipun?
            Aku bisa merasakan Seung Hyun sunbae menatapku semakin tajam. Aku memandang jam tangan yang sudah retak dengan perasaan kalut. Aku membaca merknya, dan terkesiap. Ya, memang nama merk tersebut sering kulihat di katalog milik teman eomma yang shopaholic itu. Hmm.. bagaimana ini ya? Angka-angka mulai berputar di otakku. Kalau yang rusak hanya kacanya saja.. mungkin uang di celengan sapiku bisa menutupi.
            “Kenapa kau hanya diam saja, huh?” hardiknya lagi.
            “Jamsimaneyo. Aku sedang berpikir bagaimana caranya memperbaiki jam tangan ini. Aku pasti akan bertanggung jawab, sunbaenim. Aku janji!”
            Tak diduga, Seung Hyun sunbae menoyor dahiku dan berkata, “Kau ini benar-benar bodoh ya? Jam tangan seperti ini hanya ada lima di dunia. Aku membelinya di Italia. Kacanya ini bukan sembarang kaca biasa. Bisa menghabiskan lebih dari $1000 untuk memperbaikinya!”
            Hah? Yang benar saja, tabunganku bahkan tidak mencapai separuhnya.
            “Aku tidak berpikir aku bisa membiayainya.” Ujarku sungguh-sungguh.
            “Sudah kuduga.”
            “Jadi, apakah kau akan memenjarakanku?”
            “Aku sudah melaporkanmu kemarin.”
            “MWO??”
      
to be continued.

Ini adalah FF pertama gue^^ Mohon kritik saran ya chingudeul. :)



           


             
           

           









Sabtu, 28 November 2015

Hello, Again!

Hai hai^^ Udah lama banget rasanya nggak nengok blog ini. Ternyata udah makin makin aja sepinya :D. Yaudah, gue putuskan untuk menghapus semua postingan yang pernah gue tulis disini dari jaman gue kelas 7 (jaman alay alaynya :v).

Kenapa?

Jadi, gue pernah baca disuatu blog atau website gitu. Katanya, agar blog kita lebih atraktif, selain menggunakan teknik kunjung-mengunjung alias nemplok sana-sini di blog orang, kita juga harus menentukan konten jenis apa yang akan kita post di blog kita. Nah, selama ini kan gue selalu ngepost tulisan yang random. Hari ini ngebahas si Harry Potter ngelawan Voldemort, eh besoknya udah ganti ngebahas Kim Tan sama Choi Young Do :V

Sooo, sebenernya gue memutuskan untuk tetap ngepost random :V
Masalahnya, sebagai seorang moody dan orang yang gampang bosen, ketertarikan gue nggak hanya sama satu jenis film ataupun musik misalnya. Gue fell in love dari dulu sama Harry Potter. Tidak ada Hollywood sebangsanya yang meskipun udah lebih maju teknologi pembuatannya yang bisa menandingi film itu. Dan terkadang, tiba-tiba gue pengen ngebahas lagi tentang dia. Dia, maksudnya si Heri. Bukan si dia *eeh*

Nah, gue juga udah addicted banget sama Korean Drama. Udah kecanduan. Nggak bisa kalau seminggu nggak nonton paling enggak satu episode. Rasanya hidup kurang bergairah *eak. Hayati tak sanggup hidup tanpa drama~

Dan rencana gue sih emang bakalan lebih banyak bahas Korea. Apalagi tentang mas-masnya yang itu. Yang fen-fennya di negeri Ginseng sana setuju kalau dia nikah sama mbak gumiho musim semi depan. Aah, sudahlah. Aku mulai baper.  *ignoreit*

Oh ya, gue juga suka nonton film. Film Thailand, Jepang, Indonesia, Hollywood. Semua deh gue tonton asal nggak horor, asal nggak alai, asal seru, asal romantis *coret*, asal bisa bikin baper, asal bisa bikin lupa mantan *eeeeeeeeeeeeeh*
Jadi kalau ada film sekalipun itu film tahun <2010 dan gue suka, spoilernya akan gue bikin disini.

Oke, udah ada apa aja tadi? Harry Potter, DRAMA KOREA *harusbgtdicapslock*, film berbagai negara.

Yah, jadi udah kebayang kan gimana (ancurnya) blog gue versi revisi ini nantinya. Yah biarlah, visitor juga masih enol. Kecuali kalau gue paksa temen-temen kelas buat buka blog gue :’v
SATU LAGI. Jangan lupa, gue ini sang writer wannabe. Biarpun kerjaannya nonton drama sama ngelonin modul sama buku SUN (Sukses Ujian Nasional, red.), mengarang tetap dalam jiwa. Jadi tulisan-tulisan gue yang manis-manis-najis bakalan segera nongol disini. Jadi buat elo-elo yang kurang kerjaan boleh banget nyantumin blog gue di bookmark (haaa ngarep banget)

Oke, itu saja introducing dari gue. Lets have fun with me here^^ saranghae chingudeul mwahmwahmwah ~


P.S. : Karena gue suka baca novel metropop yang bahasanya campur sama bahasa Inggris, gue jadi suka ngepost bahasa gado-gado kayak gini ini. dan karena nilai bahasa Inggris gue di UCO kemarin masih memprihatinkan, mungkin kedepannya bakalan ada banyak grammatical error. Jadi, dibanyakin maklumnya aja yah :”)
 

Salma Fannisha Template by Ipietoon Cute Blog Design