KPOP FANFICTION
Title : I Was Afraid
Author : Seulbeen (@salmafkhrns a.k.a Salma Fannisha)
Genre : Romance (School-life)
PG : 13+
Pairing : BIG BANG’s
Choi Seung Hyun (T.O.P) & 2NE1’s Sandara Park
Tepuk tangan menggema di seluruh aula. Aku
menatapnya yang tersenyum lebar setelah bangkit dari membungkukkan badan. Oh,
jika kau melihatnya, maka dia seperti memancarkan semua cahaya yang ada di
ruangan ini. Dia begitu bersinar, dia begitu menyilaukan. Mustahil rasanya
untuk tidak jatuh hati padanya.
Namaku Sandara Park. Dan aku jatuh cinta pada seorang namja dengan suara paling merdu sedunia,
Choi Seung Hyun.
“Dara-a, disini
kau rupanya. Aku mencarimu daritadi!” sebuah suara mengejutkanku dari belakang.
Rupanya itu Bom, sahabatku. Titik-titik keringat menghiasi keningnya.
Sepertinya dia benar-benar berusaha keras mencariku.
“Ada apa sih? Kan aku sudah bilang aku mau menonton
penampilan Seung Hyun sunbae disini.”
“Ya! Mana
kutahu kau benar-benar akan menontonnya. Ini kan acara khusus kelas 3! Kau ini
kan masih kelas 2.” Ujar Bom.
Aku tertawa, “Kau seperti tidak kenal aku saja. Jangan
panggil aku Dara jika masalah sepele seperti ini tak bisa kuatasi. Nah, kau
sendiri kenapa bisa masuk?”
“Seungri oppa membantuku.”
Oh ya, aku lupa. Bom ini kan yeojachingu nya Seungri sunbae
yang sama-sama jago menyanyi. Tapi dia tidak pernah tampil karena tidak minat.
Ia lebih berminat ke hal-hal yang berbau olahraga seperti baseball misalnya. Dalam hati aku iri pada Bom. Dia sudah memiliki
seorang namjachingu dan mereka saling
mencintai. Sedangkan aku masih berdiam diri dan tidak bisa menahan atau
menghentikan perasaanku untuk seorang Choi Seung Hyun tanpa pernah berani
mendekatinya.
***
Hari ini, Bom mengajakku ke department store sepulang sekolah. Ia akan membeli baju untuk
menghadiri pesta ulang tahun adik kelas kami, Minzy, yang rencananya akan
digelar lusa dan mengundang semua angkatan. No
wonder. Dia adalah anak bungsu seorang CEO perusahaan properti. Jadi pasti
orangtuanya sudah menyediakan budget untuk
merayakan ulang tahun mewah dan meriah setiap tahun.
“Kau yakin tidak ikut membeli baju?” tanya Bom untuk
kedua kalinya saat kami tiba di sebuah toko langganan Bom.
Aku menggeleng, “Aku akan membeli bersama eomma besok. Biar dia yang pilihkan.”
Bom menggeleng-gelengkan kepala, “Sampai kapan sih kau
akan terus memilih baju berdasarkan penilaian ibumu? Menurutmu sudah berapa
umurmu sekarang? Kau bukan anak usia SD lagi, Dara. Pergi dan cari baju yang
kau suka!”
Aku menggeleng lebih kuat, “Aku tidak pandai memilih
baju.”
“Sudah sana! Nanti aku akan membantu.” Bom mendorong
tubuhku dengan agak keras. Oke, aku menyerah. Dalam hati aku sebetulnya juga
membenarkan semua kata-kata Bom tadi. Mungkin ini waktunya aku menjadi lebih
percaya diri.
Saat tengah memilih-milih dress, Bom tiba-tiba muncul dari samping dan membuatku sedikit
terkejut.
“Aku barusan bertanya pada Seungri oppa, katanya Seung Hyun sunbae
akan hadir di pesta Minzy.” Ujar Bom.
“Masak sih? Setahuku dia tidak suka menghadiri pesta
semacam itu.”
“Kali ini dia disewa untuk bernyanyi. Jadi kau harus
tampil supercantik. Bagaimana? Sudah menemukan dress impianmu?”
Aku menggigit bibir bawahku dan mengangkat dua buah dress. Modelnya sama. Berbahan katun dan
pas di lututku. Ada sedikit kerutan di bagian perut dan berkerah ‘V’. Aku suka
karena sangat simple tapi tetap girly. Tapi aku bingung memilih antara
warna peach dan aqua.
“Hmmm..” Bom mulai menyentuh kedua dress itu lalu beralih memperhatikan warna kulitku. “Kau akan
tampak cantik dengan yang ini.” katanya sambil memegang dress di tangan kananku yang berwarna peach.
Aku pun membeli dress
itu. Saat keluar dari toko, ada perasaan bahagia yang hinggap di hatiku.
Rasanya senang bisa membeli sesuatu yang kupilih sendiri. Eomma selama ini memang sudah berkali-kali menyarankan aku untuk
mengenali fashion style ku sendiri.
Tapi aku terlalu keras kepala untuk menurut.
“Bommie, menurutmu apakah dress yang kupilih tadi bagus?” tanyaku saat kami duduk di dalam
kafe setelah memesan es serut.
Bom tampak ragu lalu tersenyum kikuk, “Jujur saja, Dara.
Daripada dress itu masih banyak yang
lebih bagus untukmu. Tapi kurasa dress yang
kau pilih itu menunjukkan siapa dirimu.”
Intinya, dress yang
kupilih jelek. Aku panik tanpa bisa kukontrol. Apakah dengan begitu aku jadi
kelihatan tidak cantik? Aduh, bagaimana ini.. aku sudah mulai berencana akan
memberanikan diri mendekati Seung Hyun sunbae
besok lusa. Kalau aku tidak tampil prima, bisa-bisa dia lari.
“Tenang saja, Dara. Kau itu cantik memakai apapun. Percaya
dirilah!”
Aku hanya mampu tersenyum tipis. Jantungku tiba-tiba
berdebar. Hanya membayangkan menyapa Seung Hyun sunbae saja rasanya sudah grogi setengah mati. Terus bagaimana aku
bisa menggapainya?
***
Akhirnya D-day pun tiba. Saat ini sudah pukul 20.00,
pesta sudah berlangsung selama setengah jam dan menuju inti acara yaitu sesi
tiup lilin dan pemotongan kue. Namun, sedari tadi aku tidak melihat sosok Seung
Hyun sunbae. Apakah dia tidak jadi
datang? Lalu bagaimana nasib misiku untuk mendekatinya malam ini?
“Ya, ada apa
dengan wajahmu?” tanya Bom yang ada di sampingku.
“Nan gwenchana,”
jawabku seriang mungkin.
“Baik-baik saja darimananya? Oooh, aku tahu. Apa kau
mencemaskan Seung Hyun sunbae?
Mungkin dia sedang ada di belakang untuk bersiap-siap.” Ujar Bom seperti bisa
menebak pikiranku.
Oh, tiba-tiba aku punya ide. Tanganku meremas sebuah
kotak di dalam tas selempangku yang berukuran agak besar dari tas selempang
umumnya. Aku pun pamit untuk pergi ke toilet. Tapi sebenarnya aku mencari
keberadaan Seung Hyun sunbae. Aku
mengelilingi taman dan bolak-balik ke depan WC pria sampai dua kali.
Omong-omong, rumah Minzy ternyata betul-betul luas.
Tentang kotak dalam tas tanganku, ini adalah kado yang
ingin aku berikan kepada Seung Hyun sunbae.
Isinya adalah sebuah earphone.
Seminggu terakhir, ia tidak mengalungkan earphone
di lehernya. Mungkin saja benda itu rusak dan cowok pujaanku itu malas
pergi ke toko.
“Uh, dimana sih dia? Saat aku punya keberanian, dia malah
tidak ada. Kalau begini caranya, kadar keberanianku akan segera lenyap.”
Dumelku dalam hati. Kotak kado sudah ada dalam genggamanku. Tiba-tiba saja
ponselku bergetar. Ada satu pesan masuk,
Dari : Bommie
Ke
kamar mandi saja lama sekali. Cepat kembali! Aku sendirian, nih.
“Duh, aku lupa kalau meninggalkan Bom.” Ujarku bermonolog
ria, bersiap mengetik balasan untuk SMS Bom. Dan tiba-tiba saja ..
“Hei, kau yang disana!” sebuah suara yeoja berteriak di belakangku. Tidak ada siapa-siapa di taman ini
kecuali aku. Aku pun langsung menoleh ke belakang dan langsung terkejut. Dia
adalah.. Chaerin Lee!! Sunbae ku
juga. Tapi dia lebih nyaman dipanggil CL. Dan asal kau tahu saja, dia sepupu
Seung Hyun sunbae!
“Bukankah kau anak kelas 2?” tanyanya, berjalan
mendekatiku yang sudah panik.
“Apa yang kau lakukan disini? Menunggu namjachingu?” tanyanya lagi, saat sudah
benar-benar berada tepat di depanku.
Jujur saja, dia adalah orang yang lumayan bersahabat dan
menyenangkan dalam beberapa hal. Tapi seriang apapun nada suaranya, timing nya benar-benar tidak pas.
“Aku tidak punya pacar..” jawabku setelah sekian detik.
“Ohh-“ dia jelas ingin melanjutkan ‘investigasi’nya, tapi
naas, tatapannya tertuju pada kotak kado di tanganku.
“Apa itu?”
“Kotak.”
“Ya, aku tahu. Tapi disini tertulis—“
Oh Tuhan, bunuh saja aku sekarang. Aku tak kuat
menanggung rasa malu ini.
“Untuk Choi Seung
Hyun sunbaenim?”
CL menatapku sangsi. Sementara wajahku sudah memerah dan
perutku mulai mual karena gugup. Detik kemudian, wajah CL berubah menjadi
antagonis. Ya, ya, aku tahu.. dia sangat protektif terhadap Seung Hyun sunbae karena dia adalah anak tunggal.
Jadi dia menganggap sepupunya adalah adik kandungnya sendiri, meski mereka
terpisah hanya beberapa bulan. Bukan cerita baru jika para fans Seung Hyun sunbae ada
yang lari karenanya. CL boleh jadi gadis bersahabat, tapi sisi garangnya juga
patut diperhatikan.
Aku tahu betul itu. Itu salah satu dari sekian banyak
alasan kenapa aku selalu ragu untuk mendekati Seung Hyun sunbae.
“Kau itu benar-benar—“
“Jeongmal cheosonghamnida
sunbaenim!” teriakku sambil menunduk. Aku pasti sudah benar-benar gila. Aku
justru menyerahkan kotak kado itu padanya dan lari tunggang langgang dengan
kombinasi rasa malu dan gugup. Tapi ternyata malam ini adalah malam yang
benar-benar gila,
BRUK!
Oh Tuhan, wangi parfum ini..
“Apa yang kau lakukan?” sepasang lengan mendorong
pundakku agar tubuhku tidak menempel lagi padanya.
Saat itu, aku bahkan tidak bisa lagi merasakan jantungku
berdetak. Rasanya mati rasa karena kelewat semangat memompa darah. Pundakku
terasa seperti disengat listrik. Dan lidahku kelu.
Meski aku sudah tahu, aku tetap mendongak dan mendapati
sepasang mata indah Choi Seung Hyun menatapku.
***
“Dan setelah akal sehatku kembali, aku segera berlari dan
keluar lewat pintu samping. Baru setelah aku dapat taksi, aku meng-SMS mu kalau
aku pulang duluan.”
Bom menggeleng-gelengkan kepala, “Kau itu benar-benar
aneh, Dara.”
“Aku juga tahu kalau aku aneh!” balasku ketus. Bom justru
tertawa dan menggigit rotinya lagi. Setelah tertelan ia berkata, “Tapi untuk
pertama kalinya kau bisa bersentuhan dengannya, kan? Bukankah itu hebat?”
“Hebat apanya? Apa kau kini tengah berpikiran yadong?”
“Enak saja!”
Kami saling terdiam untuk beberapa saat. Di menit kelima,
Bom sudah menghabiskan rotinya dan melirik ke arahku. Ia berdehem agak keras
dan membuatku yang tengah memainkan COC (:V :V :V) mendongak.
“Tapi, Dara..” dengan ragu dia berkata.
“Apa? Katakan saja.”
“Mmm.. aku tidak yakin harus mengatakan ini.. tapi,
berapa usiamu sekarang?”
“Dua bulan lagi aku 17.”
“Wah, gawat!”
Ekspresi ngeri di wajah Bom membuatku kaget, “Ada apa
dengan usia 17?”
“Di usia segitu kau bahkan belum pernah berpacaran. Aku
takut kau akan mulai terobsesi padaku.”
“YA!!!!”
***
Bel istirahat berdering. Bom melambaikan tangannya padaku
dan berlari keluar kelas. Biasa, dia mau berduaan dengan Seungri sunbae.
“Kau tidak pergi ke kafetaria?” tanya Minzy yang duduk di
depanku.
“Aniyo, aku
bawa bekal sendiri.” Aku menunjukkan kimbap
segitiga dari dalam laci.
“Apa kau sedang melakukan diet?” tanyanya curiga.
Aku segera menggeleng. Meski raut bingung masih
terpampang jelas di wajahnya, akhirnya dia bersama teman yang lain pergi
meninggalkanku seorang. Aku pun bisa menikmati makan siangku dengan tenang.
Sebenarnya ya, memang benar aku melakukan diet. Memang
bukan diet ketat sih. Aku pernah dengar, Seung Hyun sunbae benci gadis dengan lipatan lemak di perut. Jadi sebut saja
ini pengorbanan kecilku. Meski mustahil rasanya dia akan melihat ke arahku.
Tapi apa salahnya mencoba?
Di gigitan ketiga, pintu kelasku diketuk. Aku tak mau
menanggapi. Mungkin hanya anak cowok yang iseng. Tapi, ketukan itu jadi semakin
keras. Merasa terusik, aku segera menoleh, bersiap protes, tapi langsung luntur
niatku begitu tahu siapa yang mengetuk.
“CL sunbae..”
“Apa yang kau lakukan sendirian disini?” tanyanya,
mengacuhkan ekspresi kagetku dan dengan santainya melangkah masuk.
“Ak-aku sedang makan siang..”
“Dengan itu?” pandangannya tertuju pada kimbap segitiga yang baru berkurang tiga
gigitan, yang tergeletak di atas meja.
“Ini.” Dia mengeluarkan tangan kanannya yang tadi
tersembunyi di belakang punggungnya. Kotak kadoku ada di genggamannya. Masih
bagus seperti saat terakhir aku melihatnya.
“Kau tidak membuangnya?” tanyaku reflek. Selama ini
kado-kado dari fans Seung Hyun sunbae kalau tidak dia buang ya dia
berikan kepada teman-teman sekelasnya.
CL sunbae tersenyum,
“Kemarin aku mau memberikannya di rumah tapi Seung Hyun malah menginap seminggu
di rumah Ji Young. Itu lho yang nama lainnya GD. Kalau adikku kan T.O.P”
“Eh?” Kenapa dia
mendadak jadi super ramah padaku? Apa dia menginginkan sesuatu dariku?
Alih-alih senang, aku justru takut jika CL sunbae bersikap begini. Jangan-jangan
dia ingin menyiksaku lebih dari fans yang
lain karena aku juga menabrak adik kesayangannya itu. Tapi tiba-tiba dia
mendekatkan mulutnya ke telingaku,
“Kau tahu, Dara? Selama ini aku memperhatikan
gerak-gerikmu. Menurutku, dari sekian gadis senewen yang berkeliaran di sekitar
Seung Hyun, hanya kau yang waras dan terlihat tulus mencintainya. Jadi, aku
memutuskan untuk membantumu. Nah, kau simpan dulu kado ini. Aku akan membantumu
memberikannya secara langsung saat waktunya tiba.”
Apa ini berarti jalanku untuk menggapaimu setidaknya
walau hanya beberapa detik sudah terbuka lebar, Seung Hyun sunbae?
***
Aku memikirkannya lagi. Perkataan CL sunbae tadi siang. Aku memikirkannya saat makan, mandi, belajar,
dan kini saat aku sudah terbaring di tempat tidur. Entah kenapa tiap
memikirkannya jantungku jadi berdegup kencang. Jujur saja, ini menyenangkan.
Aku selalu suka saat jantungku berdegup kencang. Itu menandakan aku dianugerahi
perasaan yang begitu indah.
“Dara, apa kau sudah tidur?” tanya eomma tiba-tiba dari balik pintu.
Aku buru-buru bangun dan membuka pintu, “Ada apa?”
Eomma tampak
khawatir, “Bom datang.”
Melihat raut wajah eomma
aku bisa memprediksi apa yang terjadi. Aku buru-buru menuju ke ruang tamu.
Dan.. benar saja, Bom sudah duduk di sofa dengan mata sembab. Dengan
karakternya yang selalu riang, melihatnya dalam keadaan seperti ini tentu saja
membuatku panik.
“Bommie, wae geurae?”
tanyaku, memegang pundaknya. Dia hanya terdiam dan mengusap air mata di pelupuk
matanya. Aku pun langsung menarik tangannya dan menuntunnya menuju kamarku.
“Dara..” panggilnya parau saat kami berdua sudah duduk
dengan nyaman di atas kasurku.
“Kurasa aku akan segera putus dengan Seungri oppa.”
Aku terbelalak kaget. Hubungan mereka sudah berlangsung
kira-kira setahunan. Itu bukan hal yang mudah, tentu saja. Dan Bom merupakan
orang yang penuh komitmen. Jadi dia tidak mungkin berhubungan untuk
bersenang-senang saja. Dan, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, mereka
adalah pasangan sweet yang saling
menyayangi dan menjaga satu sama lain.
“Apa Seungri sunbae
menyakitimu?” tanyaku hati-hati.
Bom menarik selembar tisu sebelum menjawab, “Ya.
Akhir-akhir ini dia sering mengecewakanku.”
Sebelum aku sempat membalas perkataannya, Bom menarik
satu lagi tisu dan mendesah pelan, “Bagaimana aku haru smengatakannya, ya? Ah,
pokoknya dia berubah. Itu membuatku kecewa.”
Aku menghela nafas panjang lalu menghapus jarak di antara
kami berdua dan memeluknya. “Bommie, setiap orang tidak mungkin selamanya sama
‘kan? Perubahan itu perlu. Kau tak bisa menghindarinya.”
“Ya tapi kan.. perubahan itu pelan-pelan. Nah Seungri oppa itu entah ada angin apa jadi cuek
dan mudah marah. Sebenarnya sih aku masih bisa tahan. Tapi barusan aku
melihatnya jalan-jalan di foodcourt dengan
gadis.”
“Kalau begitu besok kau bisa tanyakan baik-baik.”
Bom cemberut, “Aku tidak mau berbicara padanya lagi!
Hatiku sudah terlukai. Sudah ah, aku mau tidur.”
Nah, beginilah Bom versi sedang ngambek dan sifat
kekanakkannya keluar. Padahal biasanya dia yang selalu membantu menyelesaikan
masalahku. Aku lantas beranjak untuk mematikan lampu saat Bom berkata dengan
nada setengah teriak, “Dara, kau kemanakan gantungan ponselmu?!”
Aku buru-buru kembali dan saat itu aku sadar. Gantungan
ponselku berbentuk panda yang kembar
dengan Bom hilang. Gantungan itu dibeli Bom di Beijing khusus untuk kami
berdua. Dia berkali-kali mengingatkanku yang ceroboh ini untuk menjaganya saat
pertama kali memberikannya padaku. Dan sekarang, yang sadar bahwa gantungan itu
tak ada justru Bom sendiri yang sedang ngambek berat pada pacarnya.
Dan akulah korbannya.
“Dara, kurasa aku juga tidak ingin bicara denganmu. Tapi
malam ini aku tetap ingin tidur disini.”
***
Paginya, dalam perjalanan berangkat sekolah di dalam bus,
Bom masih melancarkan aksi ‘mogok bicara’ padaku. Aku sudah minta maaf, tapi dia
tetap bergeming. Ya sudah. Mungkin kali ini dia benar-benar disakiti oleh
Seungri sunbae. Tapi sejujurnya aku
berharap gadis yang dilihat Bom di foodcourt
itu hanya saudaranya. Meski tidak pernah ditunjukkan secara
terang-terangan, tapi aku tahu Bom sedikit bergantung pada Seungri sunbae.
Bus pun berhenti di halte yang agak jauh dari sekolah
kami, seperti biasa. Aku turun lebih dulu dari Bom. Karena Bom masih ngambek,
jadi aku memutuskan untuk berjalan masuk tanpa menunggunya. Di parkiran, sebuah
mobil M3 merah menyala tampak mencolok di parkiran. Itulah mobil Seungri sunbae. Tanpa kusangka-sangka, saat aku
sedang memperhatikan mobil itu, pintu mobilnya terbuka.
“Dara, jamkkaman!”
teriak Seungri sunbae, berlari menuju
ke arahku yang berdiri terpaku.
“Apa kau berangkat dengan Bom?” tanyanya dengan nafas
terengah.
“Ya. Tapi aku jalan duluan jadi mungkin dia masih di
depan gerbang.”
“Apa dia baik-baik saja?”
“Eo. Dia
menginap di rumahku tadi malam. Dia datang dengan mata sembab.” Aku mencoba
masuk ke inti permasalahan.
“Hah? Benarkah? Memangnya ada apa? Tapi benar kan dia
tidak lecet atau apa?”
Lho, kok malah aku
yang diinterogasi?
“Asal kau tahu saja, Dara. Tadi malam aku frustasi
sekali. Ponselnya tidak aktif. Aku panik sekali karena aku baru saja mengerjainya.
Kau tahu kan seminggu lagi dia ulang tahun?”
“Apa kau mencoba mengerjainya dengan bersikap cuek?”
“Ya. Tapi sumpah aku tidak berniat membuatnya sedih. Aku
ingin minta maaf padanya. Mungkin aku mengerjainya terlalu awal.”
Saat hendak membalas perkataannya, Bom tiba-tiba lewat
begitu saja di depan kami. Tapi sepertinya dia tidak mendengar. Mungkin saat
ini dia justru semakin marah melihat aku mengobrol dengan Seungri sunbae.
“Bom.. Bom.. tunggu!” teriak Seungri sunbae.
Aku memperhatikan mereka dari jauh dan tersenyum. Dasar
Bom, bikin panik saja. Kupikir masalahnya serius. Ternyata hanya sesepele ini.
Aku menatap mobil Seungri sunbae, dan
tanpa kusangka-sangka, aku melihat Seung Hyun sunbae disana.
Oh God, am I
hallucinating?
Aku mengerjap-ngerjapkan mata beberapa kali, tapi yang
kulihat tetap sama : Choi Seung Hyun tengah menatap lurus ke arahku dengan
tangan kanan di dahi dan menggenggam gantungan berbentuk boneka panda.
Seolah tak cukup sampai disitu, dia turun dari mobil dan
melangkah ke arahku. Tiba-tiba aku bisa merasakan lututku lemas saat bau
parfumnya semakin menguar dan menguasai indra penciumanku.
“Apa kau orangnya?” tanyanya.
“Sandara Park, itu kau ternyata..” lanjutnya. Oh, apa
ini? Dia baru saja menyebut nama lengkapku! Dia baru saja menyebut S. A . N. D.
A. R. A. P. A. R. K. ! Daebakk. Aku senang sekali, sungguh.
Tapi, sebesar apapun perasaan senangku saat ini, perasaan
takutku mengalahkannya. Oh, apakah penampilanku terlihat baik? Dia kini
jelas-jelas sedang memulai sebuah obrolan denganku. Ini seperti mimpi.. tapi
bagaimana kalau aku justru mengacaukan pembicaraan? Saat ini saja otakku tidak
bisa bekerja dengan baik karena tatapannya yang intens itu.
“Ap-apakah kau mencariku?” tanyaku tergagap dengan seluruh
keberanian dalam diriku.
“Ya. Aku ingin memastikan sesuatu.”
Dia menarik tangan kanannya dari saku celana. Sebuah
gantungan ponsel panda yang tadi kulihat terayun begitu saja di depanku.
Kupikir aku tadi salah lihat atau bagaimana, tapi ternyata gantungan itu benar
punyaku. Ada inisial ‘D’ yang merujuk ke Dara
di bahu kanan si panda.
“Apakah ini punyamu?” tanyanya.
“Ne..”
“Ckck, tak kusangka kau bisa menjawab ‘ne’ dengan ekspresi tak berdosa seperti
itu.” katanya dengan nada tersinggung sambil memasukkan gantungan itu ke saku
lagi. Tingkahnya itu jelas membuatku kaget.
“Apa kau tidak ingat?” tanyanya, lagi.
“Ingat apa?”
“Wah jinjja..
sudah kuduga.. kau benar-benar gadis babo
dan ceroboh.” Lagi, dia merogoh saku pakaiannya, kali ini kemeja. Dia
mengeluarkan sebuah jam tangan safir yang retak kacanya.
“Ige mwomnikka?”
tanyaku hati-hati. Sekarang aku merasa semakin kikuk karena dia mengataiku
seperti itu barusan.
“Ini? Ini adalah benda berhargaku yang telah kau
hancurkan!” Tatapannya jadi semakin tajam. Getaran di lututku jadi semakin
terasa.
“Tapi aku tidak pernah merusak barang siapapun..” elakku.
“Heh, dengar ya, di hari ultah si Min Min siapa itu.. kau
menabrakku yang sedang mengeluarkan jam ini. Jamnya jatuh dan kau menginjaknya!
Kau sendiri menjatuhkan gantungan panda bodoh-sialan ini! Bagaimana? Sudah
ingat?”
Eottokhae? Aku
benar-benar tidak mengingat apapun, gumamku. Sebenarnya, aku memang merasa
menginjak sesuatu. Tapi siapa sih yang peduli jika kau bertabrakan untuk
pertama kalinya dengan pujaan hatimu walau yang kau injak kotoran babi
sekalipun?
Aku bisa merasakan Seung Hyun sunbae menatapku semakin tajam. Aku memandang jam tangan yang sudah
retak dengan perasaan kalut. Aku membaca merknya, dan terkesiap. Ya, memang
nama merk tersebut sering kulihat di katalog milik teman eomma yang shopaholic itu.
Hmm.. bagaimana ini ya? Angka-angka mulai berputar di otakku. Kalau yang rusak
hanya kacanya saja.. mungkin uang di celengan sapiku bisa menutupi.
“Kenapa kau hanya diam saja, huh?” hardiknya lagi.
“Jamsimaneyo. Aku
sedang berpikir bagaimana caranya memperbaiki jam tangan ini. Aku pasti akan
bertanggung jawab, sunbaenim. Aku
janji!”
Tak diduga, Seung Hyun sunbae menoyor dahiku dan berkata, “Kau ini benar-benar bodoh ya?
Jam tangan seperti ini hanya ada lima di dunia. Aku membelinya di Italia.
Kacanya ini bukan sembarang kaca biasa. Bisa menghabiskan lebih dari $1000
untuk memperbaikinya!”
Hah? Yang benar
saja, tabunganku bahkan tidak mencapai separuhnya.
“Aku tidak berpikir aku bisa membiayainya.” Ujarku
sungguh-sungguh.
“Sudah kuduga.”
“Jadi, apakah kau akan memenjarakanku?”
“Aku sudah melaporkanmu kemarin.”
“MWO??”
to be continued.
Ini adalah FF pertama gue^^ Mohon kritik saran ya chingudeul. :)