Selasa, 10 Januari 2017

Gwenchana. Sebuah Postingan Gaje.

Gonna talkin about classic things.

Untukmu, para penikmat lara, yang menikmati legitnya kehidupan di saat semua orang beranggapan hidupmu adalah sepahit-pahitnya hidup.

Untukmu, para pejuang pengharapan, yang masih bertahan demi mimpi kehidupan yang jauh lebih baik.

Untukmu, para peramu lara, yang meramu segala rasa kecewa dan air mata dalam segaris senyuman. Bukannya fake, hanya saja hatimu telah mati rasa untuk merasakan dan mengekresikan air mata.
Untukku.

Mungkin, kehidupan kita memang tampak luar dan tampak dalam berbeda dan jauh dari ekspektasi yang kita harapkan. Tapi, bukankah sebagai manusia kita tak bisa berhenti berekspektasi? Kita harus sering-sering melihat ke bawah dan mensyukuri apapun yang kita punya. Buka mata hati. Lebarkan sayap pemikiran. Kadang kita tak sadar ada begitu banyak bahagia sederhana di depan mata. Bahagia melihat ibumu terlihat cantik dalam daster barunya, bahagia melihat adik-adikmu bisa mengaji alifbata, bahagia bisa melihat bapakmu sehat dan bisa bekerja.

Mungkin, cobaan kita mengharuskan kita memutuskan dan melakukan sesuatu yang membuat orang memandang kita heran atau bahkan mencaci kita dalam diam. Tidak apa-apa. Tidak semua orang bisa dan harus mengerti kita. Bukankah kita saja kadang suka gagal memahami diri sendiri? Tetaplah berdiri tegak dan hadapi apapun itu. Dan, kita juga tidak harus memberi pengertian kepada semua orang. Karena ada sebagian orang yang memang tidak mau diberi pengertian.

Mungkin, kadang kita gagal meraih apa yang kita mau. Gagal berkali-kali hingga kita merasa goblok sendiri. Seakan semua pintu kesempatan tertutup. Perasaan seperti ini memang butuh waktu lama untuk diterima. Tapi, ingatlah, kita selalu bisa menciptakan pintu itu.

Dan mungkin, hati kita jatuh mencinta pada orang yang salah. Atau kita mencintai seseorang tanpa bisa menunjukannya. Tanpa bisa bebas mengekspresikannya. Sekali lagi, tidak apa-apa. Keadaan seperti ini, justru bisa menjaga kemurnian perasaan kita. Tanpa aksara dan drama, tapi kita bisa menyebutnya selalu dalam doa. Karena doa adalah sebaik-baiknya representasi cinta.

Tetap berjuang dan bertahan. Hidup ini adalah arena yang harus kita taklukkan. Tidak akan ada hentinya. Maka, sia-sialah hidup jika kita hanya menghabiskannya untuk meratapi apa yang terjadi. Bahagia dan cinta bisa ditemukan dimana saja dan kapan saja.



"Life is too ironic to fully understand. It takes sadness to know what happines is. Noise to appreciate silence and absence to value presence."

-Anon.

Sabtu, 07 Januari 2017

My First MnG

Di dalam bus Jogja-Semarang yang padat dan lembap karena hujan deras, 7 Januari 2017.

Halo semuanya. Apa kabar kalian di awal tahun 2017 ini? Kali ini aku mau share tentang ceritaku hari ini.

Nah, jadi hari ini aku sama temen-temenku pergi ke acara MnG nya film Promise yang dibintangi Dimas Anggara, di Jogja City Mall. Sebenernya aku nggak terlalu ngefans sih, tapi berhubung gretong alias gratis dan berhubung belum pernah dateng di MnG sebelumnya, jadi aku ikut demi memuaskan rasa penasaran ini, kkk--

Kita berangkat dari sekolah jam 14.45, agak buru-buru soalnya di fb katanya acara start jam 3 sore. Kita naik minibus Jogtem sampe depan JCM.

Nah, ketika hendak menyeberang, ada sebuah mobil item berplat D 4 berapa gitu yang menarik perhatian kita (lebih tepatnya aku sama Ema) karena kita ada feeling kalo itu mobil yang ditumpangi Dimas, kita bersikeras buat nggak masuk dulu, karena mobil itu juga berhenti tepat di depan gedung mall dan udah ada petugas yang kayak udah siap siap ngebukain pintu mobil. Nah tapi, temen-temen yang lain udah bilang lek uwis gek mlebu karena emang di dalem udah rame, jadi ya udah deh kita masuk karena mobil itu justru jalan lagi.

Di dalem, di depan panggung yang buat MnG itu, udah penuh tuh yang pada lesehan. Akhirnya kita berenam milih duduk di samping panggung, karena emang disitu belum rada penuh.

Kami pun menanti dengan sabar. Dan sibuk foto suasana, dan aku justru keasikan curhat curhatan sama Shakila. Tak terasa menit berganti jam, akhirnya pada jam empat lebih dikit, muncullah yang ditunggu. Dimas Anggara sama Amanda Rawles. Koor orang-orang di sekitarku langsung berdiri dan jejeritan. Aku sama Shakila berusaha jinjitjinjit buat bisa ngeliat sosok mereka. Ya emang bisa sih, tapi kurang puas. Akhirnya kita berdua insiatif naik ke lantai 2.

Ehtapi di lantai 2 malah menggok ke Gramedia. Kita muter muter bentar, cuci mata liat novel baru, dan akhirnya aku mutusin buat pulang karena bapak ibuk udah melancarkan terornya dengan tiada henti ngewhatsapp bahkan ngevideo call.

Lagi dimana mbak

Wes jam semene ra lek bali

*masihbelumberniatpulang*

PULANG.

Dan aku langsung bergegas pulang karena merasa jiwanya terancam :v

Nah aku masih di jalan ini, moga aja mpe rumah nggak dimarahin ya. Hehee

See youu

 

Salma Fannisha Template by Ipietoon Cute Blog Design